Wednesday 8 June 2011

gILIRAN PM. TURKI DI FITNAH HTI !

Diambil dari: http://hafez.wordpress.com/2007/12/08/giliran-pm-turki-di-fitnah-hti/#comment-1749

Masih kuat dalam ingatan kita bagaimana Hizbut Tahrir Indonesia lewat Al-Islam edisi 361 memfitnah pemerintahan HAMAS dengan fitnah dan tuduhan yang keji. Hingg saat ini pimpinan HTI masih takut mengakui kasalahan dan keburukan perangainya. Begitulah watak dasar para pecundang. Tanggal 19 Oktober 2007 lalu, penulis kembali terhenyak menemukan untuk yang kesekian kalinya tulisan HTI yang menistakan para aktivis dakwah. Jika sebelumnya pemerintah HAMAS, maka kali ini yang difitnah adalah PM. Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan AKP-nya yang didominasi kaum muda aktifis Islam.
Dengan tangan yang ringan, redaksi situs HTI tersebut menampilkan tulisan salah seorang syeikh Hizbut Tahrir Turki, Ata Abu Rashta, yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Bagian sangat penting yang menarik perhatian penulis adalah kalimat konyol yang dicatut secara serampangan mengenai PM. Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Abdullah Ghul yang saat ini berhasil menduduki kursi Kepresidenan sejak Pemilu Turki beberapa waktu lalu. Seperti biasa, dengan tanpa didukung sumber yang terpercaya, tulisan yang dengan bangga disebarluaskan HTI ini menyebutkan:
“…Amerika sadar bahwa konfrontasi langsung kepada militer akan sangat sulit, apalagi dengan menggunakan pion partai politik, akan memiliki resiko tinggi. Maka, ia mempromosikan demokrasi untuk melemahkan kekuatan tentara. Caranya adalah dengan mempromosikan salah satu agennya memimpin pemerintahan melalui kemenangan mayoritas di parlemen yang bisa menghasilkan perundangan untuk menantang wewenang militer. Maka Amerika menunjuk Erdogan dan Abdulla Gul, yang meninggalkan partai Virtue sejak kudeta 28 February yang lalu dan membentuk partai Justice and Development Party (AKP). AKP yang dipimpin Erdogan mirip dengan karakter pemikiran Ozal yang juga pengikut Sufi. Meskipun Erdogan adalah sekuler ia juga memiliki sentimen keislaman. Amerika telah mempengaruhi Erdogan sejak ia menjadi walikota Istambul. Meskipun Erdogan sempat diadili akibat beberapa puisi yang ia buat, Erdogan tetap aktif dalam usahanya bersahabat dengan Amerika…”
Satu penggal paragraf dari tulisan yang sangat panjang ini sudah cukup bagi penulis untuk memahami tulisan Syeikh Ata Abu Rashta yang dengan bangga dan yakin di sebar luaskan HTI. Bahwa ‘ngalor-ngidul’nya ulasan tersebut sejatinya sedang membidik kader terbaik partai berbasis massa Islam moderat Adalet ve Kalkinma Partisi AKP, dengan fitnah keji yang tidak berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah dalam muamalah Islam. Sayangnya ‘novel fiksi’ ini seolah begitu dibanggakan oleh HT hingga ‘wajib’ disebarluaskan untuk menunjukkan orang lain (apapun upaya perjuangannya memperjuangkan islam) adalah salah sedangkan HT benar dan tak mungkin salah.
Kalimat yang sangat miris dalam paragraf itu adalah betapa ringannya syeikh Hizbut Tahrir itu menuliskan,
“… Caranya adalah dengan mempromosikan salah satu agennya memimpin pemerintahan melalui kemenangan mayoritas di parlemen yang bisa menghasilkan perundangan untuk menantang wewenang militer. Maka Amerika menunjuk Erdogan dan Abdulla Gul ..”.

Jadi, PM. Turki yang telah menjalankan amanah sejak 2003 itu dituduh seorang agen Amerika oleh syeikh Hizbut Tahrir tersebut. Juga termasuk Abdullah Ghul yang saat tulisan ini dibuat sedang memegang amanah sebagai Menteri Luar Negeri Turki. Dan untuk menguatkan tuduhannya itu (agar seolah-olah tuduhannya benar), dibagian kesimpulan dituliskan bahwa Erdogan dan AKP-nya adalah partai sekuler berjubah Islam untuk menipu masyarakat,
“Situasi di Turki saat ini adalah krisis antara dua kelompok sekuler. Kelompok yang pertama adalah kelompok yang pro Inggris dan setia terhadap ide Kemalis yang didukung oleh militer dan berusaha mempertahankan simbol presiden, dewan keamanan nasional untuk tetap berada dibawah pengaruhnya. Kelompok kedua, adalah kelompok sekuler yang pro Amerika dan berusaha menutupi agenda sekularisme dengan jubah Islam untuk menarik perhatian masyarakat muslim..”.
Dan HTI menyebarluaskannya, klop sudah bukti nyata kedengkian Hizbut Tahrir kepada para aktifis da’wah diluar kelompoknya. Apakah benar fitnah ini?? Bahwa perjalanan politik Erdogan, pemimpin yang disegani baik lawan maupun kawan itu, adalah buah dari ketaatanya kepada Amerika sebagai agen negeri Paman Sam tersebut? Demikian pula dengan Abdullah Ghul? Mari kita bongkar siapa gerangan sebenarnya yang dusta dan benar!
Mengenal Recep Tayyip Erdogan
PM. Turki yang baik ini lahir di Istanbul pada 26 Februari 1954 dari keluarga kelas menengah, dan kemudian menikah pada 4 Juli 1978 dengan Emine Erdoğan - Gülbaran yang dilahirkan di Siirt tahun 1955. Dari pernikahan tersebut Erdogan dikarunia 2 orang anak, yaitu Ahmet Burak dan Necmeddin Bilâl.
Langkah politiknya dimulai sejak dia masuk ke partai islamis Milli Selâmet Partisi (MSP), atau Partai Keselamatan Nasional pimpinan Necmettin Erbakan yang kini telah dibubarkan. Kemudian bersama para bekas anggota MSP, ia mendirikan Partai Kesejahteraan (Refah Partisi) pasca kudeta militer 1980, dan menjadi ketuanya pada tahun 1985. Dan pada tahun 1991 ia terpilih sebagai anggota Dewan Nasional Agung.
Debutnya sebagai pelayan masyarakat dimulai ketika dirinya terpilih sebagai walikota di wilayah kosmopolitan Beyoglu di Istanbul tahun 1985. Keberhasilan Partai refah menjadi mayoritas di Turki pada tahun 1994, mengantarkan dirinya menduduki posisi walikota Istanbul Raya dan Presiden Dewan Metropolitan Istanbul Raya.
Erdogan terkenal sebagai seorang yang efektif dan populis dalam menata administrasi pemerintahan ko Istanbul. Ia memperindah wajah kotanya dan membangun prasarana serta jalur-jalur transportasi yang menjangkau hampir seluruh wilayah tersebut. Prestasi-prestasi kepemimpinannya yang sangat dikenang warga Istanbul adalah kesuksesannya menyediakan air bersih untuk seluruh penduduk kota, penertiban tatakota dan pembangunan, menanggulangi pencemaran dan polusi udara dengan penanaman ribuan pohon di jalan-jalan kota.
Erdogan juga secara tegas melarang peredaran minuman keras diseluruh wilayah kontrol Walikota Istanbul. Tidak sampai disitu, ia juga memerangi berbagai praktek prostitusi dengan memberikan pekerjaan terhormat kepada para wanita yang tersesat menjadi pekerja seks komersial. Maka tidak heran Erdogan menjadi pemimpin dan politisi yang sangat populer dan dikagumi masyarakat luas, tidak hanya warga Istanbul. Tetapi merambah ke seantero wilayah Turki.
Tanggal 28 Februari 1997 terjadi kudeta militer yang menumbangkan pemerintahan Erbakan. Partai Refah pun dibubarkan oleh militer. Para anggotanya kembali mendirikan Partai Fadhilah, sementara pemimpin Partai Refah, Necmettin Erbakan dilarang melakukan aktifitas Politik lagi. Tahun 1999 Partai fadhilah mengalami nasib serupa, dibubarkan oleh Mahkamah Militer karena dituduh berideologi anti-sekulerisme. Turki pun mengalami krisis politik yang serius. Oleh karena itu, pada Agustus 2001 Erdogan mendeklarasikan berdirinya Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) atau Partai Keadilan Pembangunan yang berhaluan Islam moderat dengan dukungan mayoritas aktivis kaum muda Islam. Dengan popularitas kesuksesannya selama menjabat sebagai walikota Istanbul, Ia berhasil mengantarkan AKP pada posisi kemenangan sebesar 34.1% pada pemilu 3 November 2002. AKP diyakini masyarakat Turki sebagai cahaya yang akan menerangi kegelapan. Dan di tahun 2003 Erdogan dilantik menjadi Perdana Menteri Turki.
Erdogan sang Perdana Menteri
Mengapa popularitas AKP demikian tak terbendung, bahkan oleh kekuatan militer yang mendewakan sekulerisme Turki?? Jawaban pastinya bukan lantaran campur tangan Amerika sebagaimana Hizbut Tahrir tuduhkan. Sepak terjang Erdogan sebagai PM. Turki menjadi salah satu penyebab kuat kemenangan partai yang menyebarkan nilai-nilai Islami itu di pemilu Turki tahun 2007 ini.
Amran Nasution, anggota Institute for Policy Studies (IPS) Jakarta sekaligus mantan Redaktur majalah TEMPO dan GATRA menggambarkan langkah kebijakan Erdogan sebagai PM Turki dalam kurun 2003-2007. Diungkapkannya, meski lahir dari Partai yang dipimpinnya, namun Erdogan dan Ghul sangat berbeda dengan Erbakan pendahulunya. Jika Erbakan dikenal sebagai politisi Islam yang terlalu kasar, keras dan terburu-buru dalam memasukkan unsur Islam dalam politik Turki, maka Erdogan dan Ghul dikenal sebagai politikus Islam yang lebih cerdik, sabar, dan tidak meledak-ledak.
Langkahnya manis membuat semua pihak tidak merasa terancam, perlahan-lahan Islam beserta nilai-nilainya pun semakin mendapatkan tempat semestinya di negeri itu. Amran menuliskan,
Dan ’’keajaiban’’ itu pun terjadi. Begitu dipegang Perdana Menteri Erdogan, ekonomi Turki yang morat-marit, segera pulih. Inflasi terkendali dan menurun tajam: sekarang di bawah 8%/tahun. Mata uang Lira menguat. Perekonomian tumbuh konsisten 7 sampai 8%/tahun. Maka kota-kota pun berubah: gedung jangkung bertumbuhan. Dan semua itu terjadi dalam tempo tak sampai lima tahun.
Lanjutnya, semenjak kepemimpinan Erdogan Turki dibanjiri konglomerat baru dari kalangan Islam yang umumnya adalah kaum pendatang yang berasal dari pedesaan. Memang mayoritas pendukung AKP adalah dari masyarakat pedesaan. Kombassan Holding milik Hasjim Bayram, konglomerat top di Turki adalah yang paling fenomenal. Diceritakannya, bahwa mulanya Hasyim cuma guru di sebuah sekolah Islam di kotanya, Konya. Ia memulai bisnis dengan membuka percetakan kecil pada 1989. Sementara saat ini, Kombassan telah menggurita mulai dari bisnis otomotif, elektronik, konstruksi, tekstil, petroleum, pusat perbelanjaan, dan makanan. Perusahaannya pun melebar ke mancanegara.
Selain itu, selama ini perekonomian Turki dipegang kaum sekuler yang mapan karena puluhan tahun berkuasa dan kebanyakan tinggal di kota. Setelah AKP berkuasa banyak konglomerat yang selama ini terlalu bergantung pada kekuasaan langsung rontok. Tak aneh kalau Deniz Baykal, pemimpin partai oposisi CHP, menuduh pemerintah Erdogan mengembangkan ekonomi berbasis Islam.
Langkah ke Uni Eropa, menerima HAM, menegakkan demokrasi, menerapkan pasar bebas, semua ini membuat kebangkitan politik Islam di Turki memberi nuansa berbeda. Mengenai langkah Erdogan yang tak bergeming untuk tetap memperjuangkan asimilasi Turki ke UE sesungguhnya sejalan dengan apa yang dikembangkan para khalifah Utsmaniyah. Dimana mereka mengupayakan terjadinya hubungan yang harmonis antara Timur dengan Barat, dengan kata lain antara Islam dengan budayanya dan Kristen dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Wilayah Turki memang terletak sebagai pintu gerbang yang menghubungkan dunia Barat dan Timur.
Michael Rubin dari American Enterprise Institute, pada 2005, menulis di Middle East Quarterly, menguraikan betapa konsistennya AKP dalam soal jilbab, minuman keras, sampai hubungan dengan Israel. Erdogan mengajukan proposal agar pelajar sekolah Islam dipermudah masuk ke perguruan tinggi negeri yang sekuler. Erdogan juga mengusulkan peraturan yang menyamakan sekolah sekuler dengan sekolah Islam, kenaikan pajak alkohol, ancaman hukuman untuk perzinahan, jilbab, dan sebagainya.
Lantas bagaimana dengan politik luar negeri PM Erdogan? Patut dicatat bahwa sejak Erdogan menjadi Perdana Menteri, sudah berkali-kali secara terbuka dia menuduh Israel sebagai negara teroris. Padahal pemerintahan sekuler Turki sebelum-sebelumnya punya hubungan baik dengan Israel.
“Tuduhan seberani itu bahkan tak pernah terdengar dari para pemimpin negara berpenduduk Muslim lainnya –Presiden SBY, misalnya– sekali pun apa yang dilakukan tentara Israel kepada penduduk Palestina, jelas tindakan terorisme,” lanjut Amran.
Pada 13 Juli 2004, Erdogan menolak kedatangan Deputi Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, ke Ankara. Tapi di hari yang sama ia menerima kedatangan Perdana Menteri Syria, Muhammad Naji al-Utri. Bukan cuma itu. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad – musuh besar Presiden Bush itu – disambut hangat di Ankara. Begitu pula Khalid Messal, salah seorang pimpinan tinggi Hamas yang tinggal di luar negeri.
Mantan redaktur majalah GATRA itu menambahkan, “Hubungan dengan Presiden Bush dingin, terutama setelah Erdogan berani menolak lapangan terbangnya digunakan pasukan Amerika sebagai pangkalan dalam penyerbuan ke Iraq, 2003. Turki berkali-kali memperingatkan Amerika, karena pesawat terbangnya yang beroperasi di Iraq, melintasi perbatasan Turki. Belakangan Turki menyampaikan protes setelah terbukti senjata Amerika untuk tentara Iraq, banyak merembes dan dipakai gerilyawan Kurdi di Turki.”
Fakta-fakta diatas sungguh sangat cukup untuk menjungkirbalikkan kedustaan tulisan Syeikh Ata Abu Rashta yang dirujuk dan disebarluaskan oleh HTI. Tidak ada segorespun perjalanan politik dan dakwah Erdogan yang bersinggungan dan menghamba kepada Amerika. Lantas darimana dasarnya Hizbut Tahrir dan domba-dombanya menuduh seorang pemimpin negara dengan tuduhan seorang agen negara kafir agressor?
Bukti-bukti diatas sungguh membongkar dusta dan fitnah HTI untuk yang kesekian kalinya. Erdogan bukanlah seorang agen Amerika, bahkan ia rela mendekam dipenjara selama 4 bulan lantaran membangkitkan relung keagamaan lewat puisinya,
… masjid adalah barakku
… kubah adalah topi bajaku
… menara bayonetku
… dan iman adalah serdaduku.
Padahal saat itu dia adalah seorang Walikota Istanbul. Lantas bagaimana dengan kalian wahai orang-orang Hizbut Tahrir yang suka hasad, iri, serta dengki??? Kalian memang berfikrah kerdil dan menyedihkan!!
Nantikan tulisan penulis berikutnya dengan judul ‘Ismail Yusanto seorang Agen Intelijen’.
Sumber http://rhisy.blogsome.com/

No comments:

Post a Comment